SEJARAH

Sejarah Desa Kuwum, Marga Tabanan
Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut terutama dari penglingsir Babad Mengwi (salinan dari Gedung Kartya Singaraja Nomor Va.1340/12) dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

Desa Kuwum pada masa kerajaan adalah merupakan Kerajaan Belayu, dan Belayu merupakan Raja bawahan dari Kerajaan Mengwi, sudah tentu berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Belayu dan Mengwi, menurut babad mengwi pertama Kerajaan Mengwi I Gusti Agung Putu dibesarkan oleh Raja Marga yaitu I Gusti Ngurah Bebalang. I Gusti Agung Putu adalah cucu dari I Gusti Agung Maruti, patih Agung dari Kerajaan Gegel yang pernah membrontak terhadap Raja Gegel Dalem I Made tahun 1651 -1670.

I Gusti Agung Putu yang kalah perang di Beringkit (Mengwi) ditahan diserahkan pada Raja Tabanan, akhirnya Raja Marga memintanya, dan dipelihara di Marga yang sebaya serta rukun dengna adik Raja Marga yang bernama I Gusti Ngurah Celuk. Pada suatu waktu I Gusti Agung Putu bertapa di Gunung Mangu lalu mendapatkan kesaktian dan wahyu disana untuk bisa merebut kekuasaan lagi di Kapal.

Atas seijin Raja Marga beliau bersama I Gusti Ngurah Celuk dengan iringan 40 orang yang kuat merabas hutan disebelah selatan marga (Wrat Mara Negara) mungkin waktu merabas tersebut beliau bersemedi mohon doa restu kepada nenek moyangnya di alas Rangkan Keramas Gianyar , sehingga mungkin di tempat tersebut dibuat pelinggih yang juga bernama Pura Dalem Rangkan diperkirakan akhir Abad ke 17 sebelum masehi, setelah sampai di sebalah selatan Belayu sekarang I Gusti Agung Putu mendirikan istana yang disebut Puri Belayu, yang diperkirakan awal abab ke 18 sebelum masehi. Pernah membuat kesalahan mengganti Keris Pusaka Puri Marga dengan Keris Palsu sehingga Raja Marga marah dan akhirnya bermusuhan dengan Mengwi maupun Belayu yang setia terhadap Mengwi, Raja Marga bersekutu dengan Raja Tabanan akibatnya Marga bermusuhan dengan Belayu, untuk menjaga perbatasan antara Belayu dengan Marga maka dikirimlah penduduk yang dianggap pemberani dan sakti ke Kuwum. Penduduk didatangkan dari Belayu Batannyuh, Umadiwang, Peken Beringkit, Jebaud, dan dari wilayah Mengwi, Mambal, Gerih, Bongkasa, dan lain2
.
.
Kedatangan I Gede Pasek ke Kuwum yang berasal dari Bongkasa karena jasa Kakek mengobati Raja Mengwi mendapat hadiah tempat menetap/tinggal baik di Bongkasa maupun di tempat lainnya. Atas perintah Raja Mengwi I Gede Pasek menjadi Parekan di Puri Belayu serta Mengwi, kemudian ia diberikan merabas hutan di sebelah utara belayu dan mendapat anugrah di Pura Catu serta membuat suatu kedesaan Kuwum Ancak dengan pengikutnya sekitar 40 kepala keluarga. Lama kelamaan karena niat Raja Belayu I Gusti Agung Raka ingin mempersunting putri I Gede pasek, maka terjadilah pembunuhan dan menghancurkan terhadap Desa Kuwum Ancak yang dimulai dengan perkelahian ditempat judian sambungan ayam di jabe Puri Belayu dan akhirnya terjadilah pengungsian kearah barat laut yaitu ke Bija. Akibatnya semua pengikut I Gede Pasek tunduk kembali ke Belayu, dan untuk mengisi penduduk di Desa Kuwum Ancak maka dikirimlah rakyat dari daerah belayu, untuk Kuwum Mambal didatangkan bantuan rakyat dari wilayah Mengwi yaitu : MambaI, Abiansemal, Gerih dan lain lain.

Untuk Kuwum Tegallinggah didatangkan pula dari daerah belayudan daerah Mengwi, dan Kuwum Anyar dikirim seorang brahmana yaitu Ida Made Tegal dengan 20 kepala keluarga sebagai iringan. Banjar Kuwum Anyar dan Bija dibuat melintang arah barat timur untuk menbendung serangan dari Marga, sebelah Utara Desa dibuatlah belumbang (Parit pertanahan) yang diisi penuh dengan ranjau – ranjau yang sekarang sangat baik untuk tempat tumbuhnya pohon bambu.

Mengingat runtuhnya Mengwi tahun 1892 yang diserang dari segala penjuru yaitu Tabanan, Badung, Gianyar, Ubud, dan Bangli, kemudian Kuwum dipenuhi dengan kubu kubu sekitar kurang lebih tahun 1850 dalam perkembangan selanjutnya Kuwum diikat oleh Raja Belayu dalam satu Desa Adat bersama Desa Selambawak, Belayu, Kukuh, Tegaljadi, Umabian, Bajera, dan Kuwum dengan maksud politik persatuan. Oleh karena perkembangan jaman Kuwum mulai non aktif pada Desa Adat Belayu sekitar tahun 1964 dan kini sudah terbentuk Desa Adat yaitu Desa Adat Kuwum Ancak dengan satu kelompok Trikayangan dan Kuwum Tegallinggah, Kuwum Anyar dan Kuwum mambal merupakan satu desa adat dilengkapi dengan sarana Trikayangan. Untuk mengawasi kesetiaan rakyat Kuwum karena disangsikan dan supaya jangan mengalih ke Marga maka warga Raja Belayu disuruh mengawasi masing – masing Banjar yang ada diwilayah Kuwum yaitu :
Banjar Kuwum Tegallinggah diawasi oleh Puri Dangin
Banjar Kuwum Mambal diawasi oleh Puri Saren Kelod
Banjar Kuwum Ancak diawasi oleh Keluarga Puri Saren Rangki
Banjar Kuwum anyar diawasi oleh Keluarga Puri Anyar
Dan selanjutnya sebagai tanda kesetiannya kepada Raja Belayu maka setip tahun pada Purnama sekitar bulan April pada purnamaning sasih kedase dilakukan upacara mesaji (mepaeed) yang diaturkan dipuri batukaru dan sekaligus untuk mohon doa restu keselamatan dari Dewa yang bertahta di Pura Besakih yang diistanakan di Puri Batukaru berupa air suci (Pekuluh) untuk keselamatan tumbuhan terutama padi dan palawija disawah yang merupakan sumber penghidupan masyarakat Kuwum sehingga upacara mepaed itu sampai sekarang masih berlaku.

Perkembangan selanjutnya pada tahun 1995 yang lalu Desa Kuwum yang terdiri dari empat dusun yang salah satu dusunnya kemudian dikembangkan menjadi dua dusun. Sehingga Desa Kuwum sampai saat ini menjadi Lima Dusun. Dari data periode kepemimpinan Kepala Desa sejak jaman penjajahan telah beberapa kali mengalami pergantian Kepala Desa dengan istilah sebutan sesuai jamannya peraturan. Yang mengaturnya dengan semua pimpinan Desa tersebut telah melakukan misinya untuk membangun Desa sesuai dengan situasi dan kondisinya saat itu yang secara kongkrit dalam artian fisik terlalu sulit untuk diidenfikasikan saat ini, adapun Kepala Desa yang pernah memegang Jabatan di Desa Kuwum sejak jaman penjajahan sampai sekarang yakni :

I Gusti Ngurah Kantor (Alm) dari Kuwum Mambal Th. 1964 s/d 1976

I Ketut Moyongan (Pan Ruki) (Alm) dari Kuwum Tegallinggah Th. 1951 s/d 1963

I Wayan Sarga Wijaya (Alm) dari Kuwum Mambal Th. 1964 s/d 1976

I Nyoman Suderi (Alm) dari Kuwum Ancak Th. 1978 s/d 1988

I Ketut Tika dari Kuwum Ancak Tahun 1988 s/d 1998

Drs. I Wayan Wetra Suyasa dari Kuwum Mambal Th. 1998 s/d 2003

I Wayan Wiryana, S.Sos dari Kuwum Mambal Tahun 2003 s/d 2018

I Nyoman Suena (PJ) dari Banjar Dinas Ole Tahun 2018 s/d 2019

I Putu Yoga Andika, ST dari Banjar Dinas Kuwum Anyar Tahun 2019 s/d Sekarang.

Demikian sejarah singkat Desa Kuwum dengan pimpinan Desanya yang tiap saat juga mengalami perubahan sesuai dengan lajunya perubahan jaman dan eraglobalisasi pada saat ini.